Hajiumrahnews.com – Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, memberikan perhatian serius terhadap pengembangan pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang telah lama menjadi pilar pembinaan akhlak dan ilmu keislaman di tanah air.
Dalam sambutannya pada International Conference on the Transformation of Pesantren di Jakarta, Selasa (24/6/2025), Menag menyampaikan bahwa anggaran untuk pesantren akan dinaikkan sebesar 240 persen untuk tahun 2025 dan 2026. Langkah ini diambil setelah dirinya meninjau langsung kondisi anggaran dan melihat bahwa pesantren masih menghadapi keterbatasan luar biasa.
“Gaji di sekolah negeri bisa sampai Rp4 juta. Sedangkan gaji guru di sebelahnya (pesantren) ada yang hanya Rp200 ribu,” ujar Nasaruddin, yang juga menjabat sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal.
Menurut Menag, banyak pesantren yang belum memiliki fasilitas dasar seperti lahan sendiri, gedung layak, perpustakaan mandiri, hingga sistem penggajian yang layak bagi guru. Bahkan, perpustakaan pun kerap masih menumpang milik kiai atau yayasan.
Namun, di balik keterbatasan tersebut, pesantren tetap melahirkan lulusan yang mampu bersaing di perguruan tinggi ternama Indonesia. Menag menyebutkan adanya santri hafiz Quran yang berhasil menjadi sarjana fisika di ITB dan UGM sebagai bukti nyata potensi besar pesantren.
“Jika para santri diberi sarana yang memadai, saya yakin mereka akan menjadi kekuatan pendidikan unggul Indonesia,” tambahnya.
Sebagai contoh keberhasilan, Menag menyebut MAN Insan Cendekia Serpong yang kini menjadi salah satu sekolah paling unggul di Indonesia dengan nilai belanja yang efisien namun berkualitas tinggi. Ia berharap peningkatan anggaran ini dapat mendorong pesantren untuk mengikuti jejak serupa.
Menag juga mengajak para kiai dan pengasuh pesantren untuk terus berupaya melahirkan insan kamil — manusia seutuhnya yang tidak hanya unggul dalam ilmu agama dan sains, tetapi juga memiliki spiritualitas tinggi.
“Berikan kami masukan dan bimbingan agar bisa melahirkan insan-insan kamil seperti para ulama besar abad pertengahan — Jabir bin Hayyan, Al-Khawarizmi, Ibnu Sina, dan lainnya,” tegas Menag Nasaruddin.
Langkah monumental ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam mendorong transformasi pendidikan pesantren agar semakin setara, berdaya saing, dan relevan dengan tantangan zaman.