Bandara Taif Jadi Pintu Masuk Alternatif Haji RI, Masa Tinggal Jemaah Bisa Dipangkas

Hajiumrahnews.com — Pemerintah Indonesia tengah mengkaji pemanfaatan Bandara Taif, Arab Saudi, sebagai pintu masuk alternatif bagi jemaah calon haji. Skema ini dinilai berpotensi memangkas masa tinggal jemaah di Tanah Suci secara signifikan.

Penasihat Khusus Presiden Bidang Haji, Muhadjir Effendy, mengatakan penggunaan Bandara Taif dapat mengefisienkan durasi ibadah haji jemaah Indonesia. Berdasarkan proyeksi awal, masa tinggal yang selama ini mencapai lebih dari 40 hari bisa dipersingkat.

“Hitungan kami itu bisa memproyeksikan masa tinggal sekitar 30 sampai 35 hari. Ada multiplier effect dan itu bandaranya sejuk,” ujar Muhadjir saat menghadiri Milad Ke-8 Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) di Jakarta, Jumat.

Masa Tinggal Lebih Singkat

Pada penyelenggaraan haji sebelumnya, masa tinggal jemaah Indonesia di Tanah Suci bervariasi. Untuk jemaah haji reguler, durasi rata-rata berkisar 40 hingga 42 hari, terhitung sejak keberangkatan dari Indonesia hingga kepulangan ke Tanah Air.

Muhadjir menilai pemanfaatan Bandara Taif sebagai entry point dapat menjadi solusi efisiensi waktu, terutama dalam pengaturan kedatangan dan kepulangan jemaah.

Jaminan Slot Terbatas

Muhadjir mengungkapkan pihaknya telah melakukan kunjungan langsung dan koordinasi dengan otoritas Bandara Taif. Dari hasil pertemuan tersebut, bandara menyatakan terbuka untuk menerima jemaah haji asal Indonesia, meski dengan sejumlah catatan.

“Saya sudah berkunjung ke sana dan ada jaminan. Kepala Bandara Taif sudah terbuka untuk Indonesia, tetapi kalau 100 persen tidak bisa, namun akan memberikan 10 slot per hari,” kata Muhadjir.

Secara geografis, Bandara Taif memiliki jarak relatif dekat dengan Kota Makkah. Jarak tempuh sekitar 70 kilometer dapat dilalui dengan kendaraan darat dalam waktu kurang lebih 47 menit.

Tidak Padat dan Memiliki Miqat

Selain jarak yang relatif dekat, Bandara Taif dinilai memiliki keunggulan lain, yakni kondisi bandara yang tidak terlalu padat serta tersedianya lokasi miqat yang memadai bagi jemaah Indonesia.

“Tempatnya sangat tidak crowded. Ada tempat miqat juga. Selama ini kita di atas pesawat dimintai niat umrah untuk ancang-ancang. Kalau menggunakan Taif itu miqat yang bagus dan cocok untuk Indonesia,” ujarnya.

Saat ini, Bandara Taif melayani penerbangan dari 11 maskapai internasional dan domestik, termasuk dari Iran, Mesir, dan Qatar. Meski demikian, Muhadjir menilai masih diperlukan sejumlah penyesuaian, terutama terkait kapasitas terminal internasional yang saat ini hanya mampu menampung sekitar 500 penumpang.