Hajiumrahnews.com —Profesi asisten rumah tangga (ART) seringkali dianggap remeh, tetapi sejarah mencatat bahwa dari posisi paling rendah itulah, Leendert Miero bangkit dan menjadi salah satu orang terkaya di Batavia (Jakarta) pada abad ke-19.
Lahir di Rusia dengan nama asli Jehoeve Leip Benjegiehel Snijder, Miero adalah seorang Yahudi yang datang ke Hindia Belanda pada tahun 1775. Awalnya ia melamar menjadi tentara VOC, namun justru ditempatkan sebagai pembantu rumah tangga di kediaman pejabat VOC bernama Reiner de Klerk.
Setelah tiga tahun bekerja, Miero melakukan kesalahan fatal—tertidur saat bekerja. Peristiwa itu membuat sang majikan murka dan memukulinya hingga 50 kali cambukan. Namun, alih-alih menyimpan dendam dengan kekerasan, Miero bersumpah membalas penghinaan itu dengan menjadi kaya raya.
“Demi nenek moyang Abraham, Ishak dan Yakub, suatu hari saya bakal beli seluruh rumah dan tanah ini!” — Leendert Miero.
Setelah mengundurkan diri dari VOC, Miero menekuni dunia perdagangan. Ia membuka usaha berdagang emas di Glodok, Jakarta. Usahanya perlahan tumbuh pesat, dan dalam waktu beberapa tahun, ia berhasil mengumpulkan kekayaan yang luar biasa.
Menurut sejarawan Adolf Heuken, dengan kekayaan yang dimilikinya, Miero membeli kembali rumah dan tanah yang dahulu menjadi tempatnya diperlakukan dengan tidak adil. Rumah besar itu akhirnya ia beli pada tahun 1818, setelah sang majikan wafat.
Miero dikenal selalu menggelar pesta tahunan setiap tanggal ia pernah dihukum cambuk, sebagai peringatan dan simbol keberhasilannya membalikkan nasib.
Tak hanya rumah itu, Miero juga membeli 25 kilometer persegi lahan di selatan Batavia, bekas milik pejabat Belanda. Di atas tanah tersebut ia membangun rumah megah yang kelak dikenal masyarakat sebagai “Pondok Gede”, yang kini menjadi kawasan di Jakarta Timur. Leendert Miero wafat pada 10 Mei 1834. Semua kekayaannya diwariskan kepada anak-anaknya.
Catatan Redaksi: Kisah ini ditulis ulang berdasarkan publikasi CNBC Indonesia dan ditelusuri kembali dari buku Jakarta: History of Misunderstood City oleh Herald van de Linde dan Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta oleh Adolf Heuken.