
Hajiumrahnews.com — Gaido Group melalui gerakan nasional Gaido Connected menjalin kolaborasi strategis dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia dalam rapat koordinasi bertema pengembangan destinasi dan infrastruktur pariwisata, yang digelar Kamis, (06 /11/2025), di Gedung Sapta Pesona, lantai 14, Jakarta Pusat.
Rapat dihadiri oleh pejabat tinggi dari Kementerian Pariwisata, Deputi Direktur Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Hariyanto, didampingi Sekretaris Deputi S. Utari Widyastuti yang juga menjabat Pelaksana Harian Asisten Deputi Pengembangan Amenitas dan Aksesibilitas Pariwisata Wilayah II, Asisten Deputi Perancangan Destinasi Pariwisata M. Nurdin, Asisten Deputi Pemberdayaan Masyarakat Florida Pardosi, Asisten Deputi Pengembangan Produk Pariwisata Itok Parikesit, serta Asisten Deputi Pengembangan Amenitas dan Aksesibilitas Pariwisata Wilayah Bambang Cahyo Murdoko.
Selain jajaran kementerian, hadir pula sejumlah tokoh lintas sektor seperti pendiri sekaligus CEO Gaido Group M. Hasan Gaido, Komisaris BUMD Jakarta Biem Triani Benjamin, peneliti BRIN Ida Irawati Brain, pengurus ICMI Fajar, dan perwakilan akademisi serta komunitas pariwisata.
Rapat dibuka oleh Hariyanto, Deputi Direktur Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf, yang memaparkan fungsi strategis lembaganya dalam merancang arah kebijakan destinasi di seluruh Indonesia.
Menurutnya, penguatan lanskap pariwisata nasional tidak hanya bertumpu pada pembangunan fisik, tetapi juga pada harmonisasi kebijakan dan koordinasi lintas sektor.
“Kami di Kemenparekraf memiliki mandat untuk menyelenggarakan perumusan, koordinasi, dan sinkronisasi kebijakan di bidang pengembangan destinasi dan infrastruktur pariwisata. Artinya, setiap pembangunan destinasi harus terhubung dengan tata ruang, potensi masyarakat, serta infrastruktur penunjangnya,” ujarnya.
Ia menambahkan, pengembangan pariwisata nasional kini diarahkan agar lebih inklusif dan berkelanjutan, dengan memperhatikan keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. “Kita ingin memastikan bahwa pariwisata bukan hanya mendatangkan wisatawan, tetapi juga menumbuhkan kesejahteraan masyarakat lokal,” katanya.
Pertemuan ini mengusung semangat memperkuat hubungan historis antara Cirebon, Banten, dan Jakarta sebagai poros peradaban Islam Nusantara. Diskusi juga menyoroti upaya menjadikan sejarah Fatahillah—panglima Kesultanan Banten yang menaklukkan Portugis di Sunda Kelapa—sebagai bagian penting dalam perayaan 500 tahun Jakarta pada 2027 mendatang.
Founder & CEO Gaido Group M. Hasan Gaido memaparkan gagasan besar Gaido Connected, gerakan yang bertujuan melahirkan satu juta pengusaha ekonomi syariah di Indonesia. Dalam paparannya, ia menyoroti pentingnya kolaborasi strategis yang disebut ABG Cantik — singkatan dari Academy, Business, Government & Community.
Program ini, katanya, merupakan jawaban atas stagnasi ekonomi global, ancaman pengangguran akibat digitalisasi dan otomatisasi, serta menurunnya daya serap tenaga kerja lulusan perguruan tinggi.
“Dunia sedang dihadapkan pada anomali. Teknologi dan kecerdasan buatan semestinya memudahkan hidup, tapi justru membuat banyak perusahaan tumbang. Pendidikan kita pun harus bertransformasi dari sekadar mencetak pencari kerja menjadi pencipta lapangan kerja,” tegasnya.
Gaido Connected bergerak melalui empat konektivitas utama yaitu terkoneksi di media sosial, terkoneksi di ekosistem Gaido Group, terkoneksi di bisnis syariah nasional, dan terkoneksi di bisnis syariah nasional dan global.
Ia menambahkan, Gaido Connected juga berfokus pada pengembangan destinasi halal unggulan seperti Kawasan Wisata Halal Baduy Outbound di Banten, yang menjadi contoh integrasi antara wisata alam, budaya, dan ekonomi umat.
Pada akesempatan yang sama, Sekretaris Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur, S. Utari Widyastuti, menyampaikan apresiasi terhadap konsep Gaido Connected yang dinilai sejalan dengan misi Kementerian Pariwisata dalam mengembangkan destinasi unggulan berbasis kolaborasi dan pemberdayaan masyarakat.
Dukungan juga datang dari Ida Irawati (BRIN) yang menilai pentingnya pendekatan riset dalam membangun ekosistem wisata halal dan ekonomi syariah. Biem Triani Benjamin menambahkan, perayaan 500 tahun Jakarta harus menjadi momentum memperkuat sinergi antara pemerintah, pelaku bisnis, dan komunitas budaya.
Fajar dari ICMI turut menyoroti potensi pariwisata spiritual dan sejarah Keraton Kasepuhan Cirebon sebagai pintu pengembangan wisata halal Jawa Barat.
Menutup pertemuan, Hasan Gaido menegaskan bahwa pertumbuhan jumlah pengusaha menjadi kunci kemajuan bangsa. Ia menargetkan peningkatan jumlah pengusaha nasional dari 3,6 persen menjadi 8 persen populasi, atau sekitar 1 juta pengusaha ekonomi syariah baru.
“Dengan 286 juta penduduk dan 243 juta di antaranya Muslim, Indonesia punya potensi luar biasa untuk menjadi pusat ekonomi syariah dunia,” ujarnya.
Rapat koordinasi ditutup dengan semangat kolaborasi antara Kementerian Pariwisata dan Gaido Group untuk menjadikan Cirebon, Banten, dan Jakarta sebagai poros destinasi wisata sejarah dan ekonomi syariah Indonesia.