Hajiumrahnews.com – Pelemahan rupiah yang hampir menyentuh 20 persen terhadap riyal Arab Saudi (SAR) membuat biaya perjalanan dan kebutuhan sehari-hari di Tanah Suci melonjak tajam. Kondisi ini menekan daya beli jamaah umrah maupun wisatawan Indonesia yang hendak beribadah atau berkunjung ke Arab Saudi.
Berdasarkan data Refinitiv, nilai tukar rupiah ditutup pada level Rp4.459 per SAR pada Jumat (26/9/2025). Sepanjang September, rupiah sudah melemah lebih dari 1 persen terhadap riyal. Sejak awal tahun (year-to-date), depresiasi rupiah mencapai 18,73 persen. Padahal, di awal 2025, kurs riyal masih sekitar Rp4.200 per SAR.
Dengan kurs terbaru ini, uang Rp10 juta hanya bisa ditukar sekitar SAR 2.242, lebih rendah dibanding awal tahun yang mencapai SAR 2.380.
Pelemahan rupiah langsung berdampak pada biaya yang harus ditanggung jamaah. Beberapa contoh perubahan harga dalam rupiah:
Akomodasi: Menginap di hostel sekitar 296 SAR per malam kini setara Rp1,31 juta, naik Rp76 ribu dari awal tahun. Hotel bintang tiga naik Rp153 ribu per malam, sementara hotel mewah melonjak Rp259 ribu per malam.
Transportasi: Tiket transportasi umum yang sebelumnya Rp16.800 kini menjadi Rp17.836. Tarif awal taksi naik dari Rp42.000 menjadi Rp44.590, sementara biaya per kilometer naik dari Rp25.620 menjadi Rp27.199.
Makanan: Sekali makan yang tadinya Rp50.400 kini menjadi Rp53.508. Harga susu 1 liter naik dari Rp16.800 ke Rp17.836, roti dari Rp4.200 ke Rp4.459, dan apel melonjak sekitar Rp1.800 per kg.
Oleh-oleh: Harga kurma Ajwa naik sekitar Rp20 ribu per kg, sedangkan manisan buah melonjak hampir Rp18 ribu per kg.
Kondisi ini membuat jamaah umrah asal Indonesia perlu menyiapkan anggaran lebih besar untuk menutupi biaya hidup selama di Tanah Suci. Selain tiket penerbangan dan paket umrah yang sudah relatif tinggi, pelemahan rupiah semakin menambah beban biaya.
Naiknya harga-harga kebutuhan di Arab Saudi akibat kurs membuat banyak jamaah harus menekan pengeluaran tambahan, termasuk untuk belanja oleh-oleh.
Pelemahan rupiah ini juga diperkirakan berdampak pada agen travel dan penyelenggara ibadah umrah (PIHK), karena mereka harus menyesuaikan paket perjalanan dengan kondisi nilai tukar yang tidak stabil.
Jika tren pelemahan terus berlanjut, biaya umrah dan wisata religi dipastikan semakin mahal, sehingga berpotensi menekan jumlah jamaah yang berangkat pada tahun mendatang.