Hajiumrahnews.com, Gaza — Lima jurnalis Al Jazeera dilaporkan tewas akibat serangan militer Israel di Jalur Gaza, Palestina, pada Ahad, 10 Agustus 2025. Kematian mereka menambah daftar panjang korban jurnalis di wilayah yang telah digempur selama hampir sepuluh bulan terakhir.
Dalam pernyataan resminya, Al Jazeera menyebut serangan itu sebagai “pembunuhan yang disengaja terhadap pekerja media.” Stasiun berita yang berbasis di Doha, Qatar, itu menuding Israel melanggar hukum humaniter internasional dengan menargetkan jurnalis yang tengah meliput situasi kemanusiaan di Gaza.
“Kami mengutuk serangan brutal ini dan menuntut pertanggungjawaban penuh dari pihak yang melakukannya,” demikian pernyataan resmi Al Jazeera, Senin, 11 Agustus 2025.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lima jurnalis tersebut tewas di lokasi yang berbeda di wilayah utara dan tengah Gaza. Mereka sedang melakukan liputan di daerah yang sebelumnya dinyatakan sebagai zona evakuasi sipil.
Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mencatat, hingga awal Agustus 2025, sedikitnya 142 jurnalis telah terbunuh sejak pecahnya perang Gaza pada 7 Oktober 2024. Konflik ini dipicu oleh serangan Hamas ke wilayah Israel selatan, yang kemudian dibalas dengan operasi militer besar-besaran.
PBB sebelumnya telah memperingatkan bahwa pembunuhan terhadap jurnalis di zona konflik dapat dikategorikan sebagai kejahatan perang. “Serangan yang menargetkan pekerja media adalah pelanggaran terhadap kebebasan pers dan hak asasi manusia,” kata juru bicara Sekjen PBB, Stéphane Dujarric.
Israel belum memberikan komentar resmi terkait laporan ini. Namun, selama ini militer Israel berulang kali membantah sengaja menargetkan jurnalis, dengan alasan operasi militer mereka hanya memukul kelompok bersenjata Hamas.
Serangan terhadap jurnalis di Gaza telah memicu kemarahan internasional dan memperkuat desakan gencatan senjata. Namun, hingga kini, pertempuran antara Israel dan Hamas masih terus berlangsung, dengan korban sipil terus bertambah setiap harinya.