HAJIUMRAHNEWS.COM – Tumbuh kembang anak akan sangat berpengaruh dengan apa yang dilakukan orang tua mereka.
Orang tua wajib hati-hati dalam memilih kalimat dan tindakan kepada anak. Dalam konteks ini, ada beberapa kebiasaan orang tua yang sangat berdampak pada potensi dan perkembangan sang anak.
Berikut adalah lima kebiasaan orang tua yang dapat merusak perkembangan dan potensi anak menurut pakar pendidikan anak usia dini Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Rachma Hasibuan.
1. Membanding-bandingkan anak
Sikap membanding-bandingkan ini bisa meruntuhkan kepercayaan diri anak pada usaha dan kemampuannya.
Menurut Rachma, mentalitas anak pun menjadi tertekan sehingga mereka takut untuk melakukan apa pun. Sikap ini lambat laun akan membatasi perkembangan potensi anak.
2. Mencela fisik dan psikis
Menyakiti perasaan dengan mengatakan hal-hal negatif seperti celaan fisik atau psikis, bisa berdampak besar pada anak.
Rachma mengatakan, kebiasaan ini bisa menyebabkan anak menjadi tidak percaya diri, membenci dirinya sendiri, merasa cemas bahkan dalam waktu yang lama itu bisa sampai terjadi gangguan mental.
3. Mengkambinghitamkan anak
Ada kebiasaan orang tua yang memiliki dampak negatif ke anak yaitu suka mengkambinghitamkan anak dari suatu kejadian atau persoalan.
"Biasanya beberapa orang tua yang ketika ada persoalan melimpahkan kekesalan kepada anaknya dengan kata-kata seperti, gara-gara kamu nih, karena perbuatanmu, ulahmu, dan kata serupa lainnya," kata Rachma, dikutip dari laman Unesa, Jumat (1/9/23).
Sikap ini dapat membentuk anak menjadi diam, tidak berani mengungkapkan pendapatnya karena takut disalahkan. Anak berpotensi diam dan tidak menceritakan apapun kepada orang tuanya.
Sehingga, dikhawatirkan anak menceritakan permasalahannya kepada orang yang tidak tepat di luar sana.
4. Menakut-nakuti anak
Menakuti-nakuti anak seperti menyampaikan kalimat; kalau tidak bobo, nanti digigit setan dan lainnya, secara tak langsung menimbulkan efek ketakutan serius bagi anak, merusak imajinasi mereka tentang realitas dan lama kelamaan anak berpotensi trauma.
5. Membiasakan atau mengucapkan kalimat yang ‘membuang’ nilai positif
Contohnya, "Nak, berbohong itu tidak masalah loh". Kalimat-kalimat tersebut dapat berpengaruh negatif. Di mana anak akan merasa bahwa berbohong merupakan hal yang wajar.