Kroasia Batasi Turis demi Selamatkan Kota dari Krisis Overtourism

Hajiumrahnews.com — Kota Dubrovnik, Kroasia, salah satu destinasi paling populer di Eropa, kini mengambil langkah tegas melawan fenomena overtourism atau kepadatan wisata berlebihan. Pemerintah kota menerapkan berbagai pembatasan agar warga setempat kembali bisa menikmati kota mereka tanpa kehilangan kenyamanan akibat ledakan turis.

“Pariwisata massal bukanlah solusi yang menguntungkan bagi Dubrovnik,” tegas Wali Kota Mato Franković, dikutip dari The Telegraph. “Awalnya Anda merasa diuntungkan, tetapi pada akhirnya, Anda kehilangan kualitas layanan dan kualitas hidup.”

Popularitas Dubrovnik memang meningkat tajam setelah menjadi lokasi syuting serial Game of Thrones yang menjadikannya simbol “King’s Landing.” Namun, ketenaran itu justru membawa dampak berat: dengan rasio wisatawan mencapai 27 banding 1 terhadap penduduk lokal, Dubrovnik kini dikenal sebagai salah satu kota terpadat turis di Eropa.

Sejak menjabat pada 2017, Franković memimpin reformasi besar-besaran untuk menekan arus wisata. Kedatangan kapal pesiar dibatasi maksimal dua per hari, dari sebelumnya delapan kapal. Selain itu, setiap kapal diwajibkan berlabuh minimal delapan jam agar wisatawan menghabiskan lebih banyak waktu dan uang di destinasi lokal.

Langkah lain mencakup pemasangan kamera CCTV untuk memantau arus pengunjung secara real-time, serta penggunaan aplikasi Dubrovnik Pass yang tak hanya berfungsi sebagai tiket masuk museum dan tembok kota, tapi juga sebagai alat pengumpulan data wisata untuk pengambilan keputusan strategis.

Salah satu kebijakan paling ketat adalah penetapan batas maksimal 11.200 pengunjung di tembok kota tua pada satu waktu, hasil kerja sama antara pemerintah kota dan Universitas Dubrovnik.

“Tujuan kami bukan mengusir wisatawan, tetapi memastikan Dubrovnik tetap hidup sebagai kota, bukan sekadar latar foto,” ujar Franković.

Fenomena serupa juga dialami kota-kota lain di Eropa seperti Venesia yang mengenakan biaya masuk bagi pengunjung harian, Barcelona yang membatasi hotel baru, dan Amsterdam yang menekan penggunaan Airbnb. Namun, pendekatan komprehensif Dubrovnik menjadikannya model bagi kota wisata lain yang ingin menyeimbangkan antara industri pariwisata dan kehidupan warganya.