Ditjen Pesantren Jadi Harapan Baru, Bisa Jadi Hadiah Hari Santri 2025

Hajiumrahnews.com — Suara untuk segera membentuk Direktorat Jenderal (Ditjen) Pesantren di Kementerian Agama (Kemenag) semakin menguat. Kehadirannya bahkan diharapkan menjadi kado istimewa dari Presiden Prabowo Subianto pada puncak Hari Santri 2025, yang akan digelar 22 Oktober mendatang.

Direktur Pesantren Kemenag, Basnang Said, menegaskan pembentukan Ditjen Pesantren merupakan momentum penting untuk memperkuat peran strategis pesantren, bukan hanya dalam bidang pendidikan, tetapi juga dakwah dan pemberdayaan masyarakat.

“Ketika pembentukan Ditjen Pesantren sudah terealisasi, maka penguatan fungsi dakwah dan pemberdayaan bisa lebih maksimal,” ujar Basnang dalam Dialog Media bertema Pesantren dan Kehadiran Negara yang digelar Biro Humas dan Komunikasi Publik Kemenag di Antara Heritage, Jakarta, Kamis (25/9/2025).

Mantan Menteri Agama (2014–2019), Lukman Hakim Saifuddin (LHS), menambahkan bahwa pesantren sejak dulu menjadi benteng nasionalisme dan moderasi. Menurutnya, keberadaan Ditjen Pesantren akan memperkuat posisi pesantren sebagai penjaga keseimbangan kehidupan berbangsa.

“Tidak ada pesantren yang tidak nasionalis. Moderasi itu ada di tengah, dan negara berkepentingan untuk memastikan itu,” tegas LHS.

Wakil Menteri Agama, Muhammad Syafii, menilai pembentukan Ditjen Pesantren juga menjadi wujud komitmen pemerintah dalam memperkuat pendidikan keagamaan dengan lebih baik, lebih terarah, dan lebih sesuai dengan tantangan zaman.

“Dengan kelembagaan yang kuat, pesantren diyakini tidak hanya akan berperan dalam pendidikan, tetapi juga menjadi motor dakwah moderat dan pemberdayaan masyarakat,” kata Syafii.

Ia menegaskan, pesantren memiliki peran historis yang sangat besar dalam perjalanan bangsa. “Pesantren ada dan sudah berkontribusi pada masyarakat bahkan sejak sebelum Indonesia. Banyak pahlawan bangsa lahir dari kalangan pesantren,” ungkapnya.

Syafii juga menyebut jumlah pesantren di Indonesia mencapai lebih dari 42 ribu lembaga dengan hampir 11 juta santri. Menurutnya, angka yang signifikan ini terlalu besar bila hanya ditempatkan di bawah direktorat pendidikan.

“Pesantren adalah ibu kandung lahirnya republik ini. Maka sudah seharusnya kita memperkuat kelembagaannya melalui Ditjen tersendiri,” tutup Syafii.