Raja Faisal, Sang Raja Pemberani dan Pembela Palestina Hingga Akhir Hayat


Hajiumrahnews.com – Raja Faisal bin Abdul Aziz Al Saud merupakan salah satu pemimpin paling berpengaruh dalam sejarah Arab Saudi dan dunia Islam. Kepemimpinannya dikenal tegas, penuh semangat keislaman, dan sangat vokal dalam membela perjuangan rakyat Palestina di kancah internasional.

Sebagai raja ketiga Arab Saudi, Faisal tidak hanya meneruskan tradisi kepemimpinan ayahnya, Raja Abdul Aziz, tetapi juga menanamkan karakter kuat dalam diplomasi luar negeri. Salah satu isu utama yang ia perjuangkan dengan konsisten adalah kemerdekaan Palestina dari pendudukan Israel.

Faisal secara terbuka dan lantang mengkritik kebijakan Barat, khususnya Amerika Serikat, yang memberikan dukungan kepada Israel. Dalam banyak pidatonya, ia menegaskan bahwa keadilan bagi rakyat Palestina adalah tanggung jawab dunia Islam sekaligus amanat moral umat manusia.

Salah satu langkah monumental yang dikenang dunia adalah keputusannya untuk memimpin embargo minyak tahun 1973. Ketika negara-negara Barat menunjukkan keberpihakan kepada Israel dalam Perang Yom Kippur, Raja Faisal mengambil sikap berani dengan menghentikan pasokan minyak. Tindakan ini mengejutkan Barat dan menempatkan dunia Arab sebagai kekuatan strategis global.

Raja Faisal juga menjadi penggagas utama berdirinya Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada tahun 1969, sebagai respons atas pembakaran Masjid Al-Aqsa oleh Zionis Israel. Dalam forum ini, ia memperkuat solidaritas negara-negara Muslim dan menjadikan pembelaan terhadap Palestina sebagai agenda utama.

Kecintaannya pada Palestina tidak hanya diwujudkan dalam forum diplomasi. Raja Faisal dikenal memberikan bantuan finansial, politik, dan moral yang berkelanjutan bagi rakyat Palestina. Ia menjalin komunikasi intens dengan para pemimpin Palestina dan mendesak agar dunia internasional menegakkan keadilan.

Faisal juga tidak segan mengecam keras normalisasi hubungan dengan Israel. Ia meyakini bahwa pengakuan terhadap Israel selama Palestina belum merdeka adalah bentuk pengkhianatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan keislaman.

Sikapnya yang tegas membuatnya menjadi simbol perlawanan terhadap kolonialisme modern di mata rakyat Arab dan Muslim. Di saat banyak negara mulai bersikap kompromi terhadap Israel, Faisal tetap kukuh pada pendiriannya hingga akhir hayat.

Pada 25 Maret 1975, dunia dikejutkan dengan wafatnya Raja Faisal akibat ditembak oleh keponakannya sendiri, Faisal bin Musaid. Tragedi ini meninggalkan duka mendalam, terutama di kalangan pendukung perjuangan Palestina yang kehilangan salah satu pembela paling vokal dan berani.

Meski telah tiada, nama Raja Faisal tetap harum dalam sejarah dunia Islam. Banyak bangunan, institusi pendidikan, dan jalan raya di berbagai negara dinamai sesuai dengan namanya sebagai bentuk penghormatan. Ia dikenang bukan hanya sebagai raja, tetapi sebagai pejuang keadilan dan simbol keteguhan moral dalam membela Palestina.