WNI Jadi Kepercayaan Raja Salman, Diandalkan di Lingkungan Istana Kerajaan Saudi

Hajiumrahnews.com – Tak banyak yang mengenal nama Mustafa Guguk, pria asal Bukittinggi, Sumatera Barat. Namun di masa silam, namanya pernah bergema di pusat kekuasaan Arab Saudi. Ia bukan pejabat, bukan ulama, melainkan seorang rakyat biasa yang mencatatkan sejarah sebagai Kepala Polisi di Riyadh, ibu kota Kerajaan Arab Saudi.

Kisah luar biasa ini direkam oleh ulama besar Indonesia, Buya Hamka, dalam memoarnya Mandi Tjahaja di Tanah Sutji (1950). Mustafa adalah seorang penjaga istana biasa, hingga suatu hari terjadi insiden besar yang mengubah jalan hidupnya.

Seorang budak bersenjata jembia—sejenis belati khas Yaman yang mematikan—melarikan diri dan membuat panik penjaga istana. Tak satu pun prajurit berani menangkapnya. Dalam situasi genting itu, Mustafa diperintahkan langsung untuk bertindak.

Dengan ilmu silat Minangkabau yang dikuasainya sejak kecil di kampung Guguk, ia dengan cepat menghadapi budak itu, menghindari serangan, lalu menjatuhkannya dan merampas senjatanya. Aksi ini disaksikan langsung oleh Raja Ibn Saud (berkuasa 1932–1953), yang sangat terkesan.

"Tamanna! Katakan apa keinginanmu!" ujar sang raja, sebagaimana dituturkan Buya Hamka.
Mustafa tak meminta harta, hanya memohon diberi pangkat dan tanggung jawab. Raja Ibn Saud pun langsung mengangkatnya sebagai Kepala Polisi Riyadh, menjadikan Mustafa satu-satunya orang Indonesia yang pernah memimpin kepolisian kota di luar negeri.

Kisah Mustafa menjadi simbol keberhasilan dan integritas tenaga kerja Indonesia yang bekerja dengan dedikasi tinggi. Raja Ibn Saud bahkan mengungkapkan rasa hormat dan senangnya mempekerjakan orang-orang dari Indonesia. “Raja Ibn Saud merasa senang sekali jika memakai pegawai bangsa kita,” tulis Hamka.

Tak hanya Mustafa, kisah inspiratif lainnya juga dicatat Buya Hamka. Amir Hakim dari Indonesia dipercaya menjadi kepala tambang emas di Madinah, sementara Abdulatif Sijantan menjabat Kepala Cabang Bank of Indo-China di Arab Saudi.

Lebih luar biasa lagi, seorang warga Palembang yang tak disebutkan namanya bahkan menerima emas dan uang dalam jumlah besar dari kerajaan karena berhasil mengobati cucu Raja yang mengalami patah tulang.

Cerita-cerita ini adalah pengingat bahwa dedikasi, keberanian, dan ketulusan mampu membuka jalan prestasi hingga ke panggung global. Mereka menjadi warisan keteladanan bagi para peziarah, pekerja migran, dan umat Islam Indonesia di Tanah Suci.